Pada era
globalisai saat ini, meskipun perang dingin sudah usai, tapi pengaruh ideologi
masih tetap saja kuat. Kekalahan ideologi sosialisme dengan ditunjukan oleh
hancurnya tembok berlin. Meskipun ideologi sosialisme mencoba untuk bangkit
kembali, yang ada adalah kapitalisme semakin kuat untuk mempertahankan
pahamnya. Terlebih lagi negara-negara yang berpaham ideologi kapitalisme adalah negara-negara
besar dan adikuasa. Negara-negara tersebut juga semakin menekan dan
mempengaruhi negara lain untuk berideologi kapitalisme agar kekuatan
kapitalisme semakin besar. Dengan begitu kapitalisme akan tetap bertahan sampai
negara yang memakai ideologi tersebut hancur.
Kerja sama
yang merugikan negara antara pejabat publik dan pemodal inilah yang kerap
merusak sendi-sendi demokrasi. Dikatakan merusak karena pejabat publik bukan
lagi melayani kepentingan publik, tetapi hanya melayani kepentingan pemodal.
Akibatnya, rakyat memandang kapitalisme atau yang kerap dengan sebutan ekonomi
pasar itu buruk dan merasa psimis dengan sistem demokrasi yang telah dijalankan
sekarang ini.
Pihak-pihak
yang merasa apatis dengan demokrasi kerap membanding-bandingkan dengan
perekembangan di belahan dunia lain, seperti Cina. Rakyat di negara Cina hidup
sejahtera. Pihak-pihak yang apatis ini kerap bertanya, mengapa di negara
seperti cina yang menganut sistem komunisme, rakyat bisa hidup sejahtera? Lalu
bagaimana dengan negara-negara yang demokrasinya sangat maju tetapi rakyatnya
tetap menjadi pihak yang tidak beruntung seperti Indonesia!
Jika boleh
dikatakan sebenarnya mengapa kapitalisme bisa membawa kemajuan yang sangat
besar kepada negara yang menganutnya karena Kapitalisme sendiri bisa diartikan
sebagai suatu ideologi atau paham yang percaya bahwa modal merupakan sumber
utama untuk dapat menjalankan sistem perekonomian di suatu negara. Dengan
demikian, semua proses dalam kehidupan manusia bersumber pada pengelolaan
modal, baik itu modal milik perseorangan, milik sekelompok masyarakat, maupun
milik perusahaan-perusahaan swasta. Artinya, semua aktivitas dalam kehidupan
ekonomi membutuhkan modal. Pemillik modal, dalam mengelola sumber-sumber
ekonomi itu bertujuan untuk mengakselerasi perkembangan modalnya dengan cara
berusaha seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan maksimal.
Kapitalisme yang semacam ini didukung oleh salah satu tokoh ekonomi yakni Adam
Smith yang dikenal dengan teorinya The Wealth of Nations. Di mana, dengan
berpijak pada teori tersebut dia berkeyakinan bahwa kemakmuran di sektor
ekonomi akan tercapai jika ada kebebasan dalam melakukan kegiatan usaha.
Artinya bebas dari campur tangan negara baik secara administratif maupun
politis. Selanjutnya, ideologi kapitalisme terus tumbuh dan berkembang dan
selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman, antara lain dilakukan oleh
W.W. Rostow dengan teorinya The Five Stage Scheme, Harrod-Domar dengan teorinya Tabungan dan
Investasi, Mc Clelland dengan teorinya The Need for Achievement, Reagan dan
Tacher dengan teorinya Neo-Liberalisme atau Globalisasi Pasar Bebas atau teori
Kedalualatan Pasar Bebas.
Ada beberapa
alasan mengapa ideologi kapitalisme bisa bertahan sampai sekarang dan bisa
mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan dunia, yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan Ekonomi
Kebutuhan nyata negara harus dimulai
dari kapital besar. Ketika berbicara mengenai sebuah percepatan dalam ritme
pembaruan kapital tetap, kecenderungan sebuah negara hanya dapat merujuk pada
kebutuhan penggantian pengeluaran investasi yang terus meluas dalam periode
waktu dimana terus menjadi lebih singkat. Tentu saja penggantian tersebut harus
direncanakan dan diperhitungkan dengan cara yang sebisa mungkin akurat, agar
menjaga ekonomi dari fluktuasi jangka pendek, yang mengandung bahaya
menciptakan kekacauan luar biasa dalam perusahaan yang beroperasi menggunakan
biaya yang sangat besar. Fakta pokok tersebut adalah penyebab pemrograman
ekonomi kapitalis untuk menuju sebuah ekonomi terencana.
Fenomena
lain yang muncul secara langsung berasal dari dalam perusahaan kapitalis itu
sendiri, dimana kompleksitas yang selalu meningkat dari proses produktif
berakibat meningkatnya usaha perencanaan yang tepat dalam rangka agar
perusahaan-perusahaan kapitalis tersebut berfungsi secara keseluruhan.
Pemrograman kapitalis adalah, dalam analisa terakhir, tidak lebih dari
perluasan, atau lebih tepatnya, koordinasi pada tingkat nasional mengenai apa
yang telah terjadi pada tingkat perusahaan-perusahaan kapitalis besar atau
kelompok-kelompok kapitalis seperti trust atau kartel yang mencakup sebuah
kelompok perusahaan.
Perencanaan tersebut secara esensial
berbeda dalam sifat dari perencanaan sosialis. Perencanaan tersebut tidak
terutama berkaitan dengan menyusun serangkaian tujuan dalam gambaran produksi
dan memastikan pencapaian dari tujuan-tujuan tersebut. Kepentingan utamanya
adalah dengan mengkoordinasikan rencana investasi yang telah dibuat oleh
firma-firma swasta dan dengan mempengaruhi kebutuhan koordinasi tersebut dengan
mengajukan tujuan-tujuan tertentu yang dianggap memiliki prioritas pada tingkat
pemerintahan. Hal tersebut tentu saja tujuan-tujuan yang berkaitan dengan
kepentingan umum klas borjuis. Meskipun begitu tujuan-tujuan tersebut haruslah
identik dengan pemrograman ekonomi dari negeri-negeri kapitalis lainnya. Dalam
esensi, aktivitas komisi perencanaan, biro perencanaan, biro program, terdiri
dari perwakilan konsultasi berbagai kelompok pengusaha, meneliti proyek
investasi mereka dan ramalan pasar, dan mengharmoniskan antara ramalan berbagai
sektor, dan berusaha keras untuk menghindari kemacetan dan duplikasi.
Konfrontasi dan koordinasi dari
keputusan-keputusan firma-firma tersebut, lebih lagi, sangat berguna bagi
pengusaha kapitalis. Hal tersebut menyusun semacam pendapat mengenai pasar
dalam skala nasional dan dalam jangka panjang, sesuatu yang sangat sulit
dicapai dengan teknik hari ini. Tetapi dasar untuk semua penelitian tersebut,
semua perhitungan tersebut, masih tetap gambaran yang diajukan sebagai ramalan
oleh para pengusaha.
Akibatnya terdapat dua aspek ciri
pokok dari jenis pemrograman atau perencanaan indikatif ini. Disatu sisi, hal
tersebut secara sempit terpusat pada kepentingan para pengusaha yang merupakan
elemen awal dalam perhitungan. Dan ketika dikatakan pengusaha, maka tidak
bermaksud semua pengusaha, tetapi lebih merupakan lapisan dominan dari klas
borjuis, yaitu para monopolis dan pemilik trust-trust. Pada tingkatan bahwa
konflik kepentingan antara monopolis-monopolis kuat kadang kala dapat terjadi,
dimana pemerintah memainkan peran tertentu sebagai wasit antara
kelompok-kelompok kapitalis. Hal tersebut, dalam beberapa hal, sebuah dewan
administratif dari klas borjuis yang bertindak atas nama seluruh pemegang
saham, seluruh anggota klas borjuis, tetapi dalam kepentingan kelompok yang
dominan ketimbang kepentingan demokrasi dan jumlah yang mayoritas.
Disisi
yang lainnya, ada ketidakpastian yang terdapat pada dasar dari semua
perhitungan tersebut, sebuah ketidakpastian yang muncul dari fakta bahwa
pemrograman tersebut berdasarkan murni pada ramalan dan dari fakta tambahan
bahwa pemerintah tidak memiliki cara untuk menjalankan pemrograman semacam itu.
Sesungguhnya, demikian juga
dengan kepentingan swasta tidak memiliki jalan apapun untuk memastikan
pemenuhan ramalah mereka.
Aspek yang lain dari ekonomi
terencana tersebut, yang memberikannya sebuah karakter yang terutama sekali
berbahaya berkaitan dengan gerakan klas pekerja. Adalah ide bahwa program
sosial atau kebijakan pendapatan selengkapnya ada dalam pemrograman ekonomi.
Dimungkinkan untuk menjamin stabilitas trust-trust dalam pengeluaran dan
pendapatan mereka selama periode lima tahun, waktu yang dibutuhkan untuk
mengganti peralatan baru mereka, tanpa secara bersamaan menjamin stabilitas
pengeluaran upah mereka. Adalah tidak mungkin untuk merencanakan biaya jika
biaya kerja tidak dapat direncanakan pada saat yang sama, yaitu jika
peningkatan upah tidak dapat diantisipasi dan ditahan.
2. Adanya Intervensi Pemerintah dalam
Menjamin atau Melindungi
Sifat alami dari kapitalisme, dari
pertumbuhan intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi semakin lama akan semakin
membuat sistem kapitalis menyerahkan otomatisme ekonominya sendiri menjalankan
resiko melenyap dengan cepat, dan semakin meningkat negara jadinya sebagai
penjamin keuntungan kapitalis, penjamin keuntungan bagi lapisan monopolistik
berkuasa dari borjuasi. Negara menjamin hal tersebut dalam langkah-langkah
bahwa negara mengurangi luas siklus fluktuasi. Negara menjamin hal tersebut
dengan tata tertib negara, militer atau paramiliter, menjadi semakin penting.
Negara menjamin hal tersebut juga dengan teknik ad hoc yang membuat kemunculan
mereka tepat sekali didalam kerangka kerja ekonomi terencana. Mereka merupakan
jaminan tegas dari keuntungan untuk membenarkan disekuilibrium tertentu dalam
pembangunan, entah regional dalam karakter atau antara cabang-cabang industri.
3. Daya Adaptasi dan Transformasi Kapitalisme yang Sangat Tinggi
Kapitalisme mampu menyerap dan
memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya.
Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx
tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran
kritis (reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara
memberikan kebaikan hati kepada kaum buruh dengan konsep "welfare
state". Pada gilirannya, kaum kapitalis memperoleh persetujuan (consent)
untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut Gramsci sebagai hegemoni
ekonomi, politik, budaya atau seperti yang disebutkan Heilbroner bahwa rezim
kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan memunculkan
patriotisme ekonomik.
4. Tingginya Kemampuan Adaptasi Kapitalisme Dapat Dilacak Kepada Waktu Inheren Pada Hakekat Kapitalisme
Dorongan untuk berkuasa dan
perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter
Berger dalam Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi
dunia berada dalam genggaman kapitalisme.
5. Kreativitas Budaya Kapitalisme dan Kapasitasnya Menyerap Ide-Ide Serta Toleransi Terhadap Berbagai Pemikiran.
Menurut Rand, kebebasan dan hak individu
memberi ruang gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya
keberlangsungan hidup dan kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard
Murchland dalam Humanisme dan Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh
harapan bahwa kapitalisme demokratis adalah humanisme yang dapat menyelamatkan
peradaban manusia di masa depan.
Kebebasan
individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami
tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan
hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu memungkinkan
individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup
pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain. Rand
menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand
merupakan aplikasi sosial dan pandangan epistemologisnya yang natural
mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the invisible hand" dari Smith,
pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa berkembang dan
selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional.
Kapital
tidak hanya dalam kategori hal-hal yang material berupa barang atau uang. Jika
kapital hanya berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna
membeli material dan kerja, maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban.
kapital yang merupakan faktor yang menggerakkan suatu proses transformasi
berlanjut atas kapital sebagai uang menjadi kapital sebagai komoditi, diikuti
oleh suatu transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi kapital sebagai
uang yang bertambah. Inilah rumusan M-C-M seperti yang diperkenalkan Marx.
Proses yang
berulang dan ekspansif ini memang diarahkan untuk membuat barang-barang dan
jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan produksi. Eksistensi fisik benda
dan jasa itu merupakan suatu rintangan yang harus diatasi dengan mengubah
komoditi menjadi uang kembali. Bahkan kalau hal itu terjadi, bila sudah
terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak dianggap sebagai produk akhir dari
pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam lingkaran yang tak berakhir.
Kapital
bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda
material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya yang berkelanjutnya.
Kapital adalah suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang
mengambil bentuk fisik, tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang
bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang
meluas.
Rumusan
M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang
berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap
esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang
bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sendiri dan menjadi tujuan
pertukaran.
Gagasan
kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti hubungan itu, yaitu
dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama, ketergantungan sosial
kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa ketergantungan itu
kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti dan tanpa
puas untuk mengakumulasi kapital.
Dengan
demikian, hakekat kapitalisme adalah dorongan tiada henti dan tanpa puas untuk
mengakumulasi kapital sebagai sublimasi dorongan bawah sadar manusia untuk
merealisasi diri, mendominasi, berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati
diri manusia, maka kapitalisme lebih merupakan salah satu modus eksistensi
manusia. Mungkin inilah sebabnya mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi
hegemoni peradaban global
Jika
dikembangkan lebih lanjut secara filosofis, dapat disimpulkan bahwa kapitalisme
lebih daripada sekedar sistem ekonomi atau sistem sosial. Sebagai peradaban,
kapitalisme dapat dikatakan sebagai suatu cara berada manusia, suatu modus
eksistensi. Seorang kapitalis adalah orang yang melalui harta kekayaannya ia
mewujudkan diri, menyingkap eksistensi diri. Ia mengaktualkan dirinya dengan
dan untuk kapital. Dengan kapital, ia berharap memperoleh kekuasaan dan
dominasi. Memiliki kapital berarti menguasai dunia. Sains, teknologi, seni, dan
agama menjadi subordinasi dan pelayan atau pelegitimasi kapital. Itulah modus
eksistensi kapitalisme.
Atas dasar
pemikiran di atas, dapat memahami mengapa ideologi-ideologi seperti sosialisme,
Marxisme, komunisme, humanisme, dan bahkan eksistensialisme-sekuler gagal
menghadapi kapitalisme. Kaum sosialis telah gagal memahami kapitalisme sebagai
modus eksistensi. Ini dimulai dari Karl Marx sendiri yang melihat kapital hanya
sebagai cara produksi (modus produksi), konsep sentral yang digunakannya dalam
Das Kapital. Akibatnya, banyak analiss dan ramalan Marx yang melenceng. Bahkan
sosialisme akhirnya terkooptasi oleh kapitalisme. Konsep "welfare
state" yang diterapkan di negara kapitalis adalah salah satu contoh upaya
adaptasi kapitalisme merangkul semangat sosialisme ke dalam pangkuannya.
Ideologi-ideologi sekuler dunia lainnya sekarang ini hanyalah ibarat anak-anak
kapitalisme atau subordinasi kapitalisme global, kapitalisme konsumeris.
Kaum Mazhab Frankfurt
sebagai pewaris semangat kritisi sosial Marx yang pada mulanya mencanangkan
proyek pembebasan masyarakat dari hegemoni kapitalisme akhirnya juga jatuh
kepada pesimisme. Mereka seakan-akan tidak melihat lagi adanya peluang untuk
menciptakan dunia alternatif selain dunia ciptaan kapital. Mereka menganggap
manusia modern telah kehilangan rasionalitas dan kesadaran kritis. Kini mereka
seakan tak mampu lagi bersuara lantang menentang kapitalisme sebagaimana
pendahulu mereka, katakanlah misalnya Herbert Marcuse yang menulis One
Dimensional Man. Para pendukung teori kritis inipun seakan tidak bereaksi
ketika Perter Berger, seorang pembela kapitalisme, dengan arogan mengatakan
sosialisme adalah mitos, sedang kapitalisme adalah masa depan manusia.
Tapi yang
perlu diketahui adalah sebenarnya kapitalisme hanya menguntungkan
kelompok-kelompok tertentu, sehingga apabila kapitalisme dibiarkan tetap
menjadi ideologi yang paling dominan di dunia, maka orang yang kaya akan
semakin kaya. Sedangkan rakyat kecil akan semakin sengsara. Dalam buku The
Clash of Civilization, Samuel P. Huntington mengungkapkan bagi kalangan umat
Islam, kebangkitan keagamaan merupakan fenomena yang melanda masyarakat urban
yang berwawasan modern, sangat berpendidikan, memiliki karir dalam berbagai
profesi, baik dalam pemerintahan maupun dunia bisnis. Dari pemahaman inilah,
kemudian kebangkitan keagamaan yang terjadi pada masyarakat urban tersebut
menciptakan pertentangan terhadap sistem ekonomi yang sekarang ada. Mereka
menganggap, sistem ekonomi sekarang telah banyak menimbulkan ketidakadilan dan
ketimpangan.
Untuk
mencapai suatu kesejahteraan bagi semua kalangan perlu menggunakan ekonomi
Islam sebenarnya solusi dan alternatif yang kini ada. Pada akhir dekade 1990-an
sampai sekarang, muncul banyak lembaga, perangkat/instrumen, sampai dengan
regulasi yang mendukung perkembangan sistem ekonomi Islam tersebut. Di
Indonesia, kita dapat melihat sendiri keberadaan nyata ekonomi Islam sejak
1992, yaitu kemunculan Bank non-riba pertama kali, sampai kemudian disusul
munculnya banyak bank-bank yang menggunakan prinsip Islam lainnya (bank
syariah) di awal dekade 2000. Di sisi perangkat, Bank Indonesia (BI) kemudian
membentuk Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) yang memayungi perbankan syariah
di Indonesia.
Bahkan,
bank-bank berskala internasional dan negara-negara yang notabene penduduknya
mayoritas nonMuslim pun banyak yang melirik sistem keuangan baru, yang
merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar